Gerakan Sekolah Pro Lingkungan

PASBAR, HALUAN— SMA N 1 Pasaman Kabupaten Pasaman Barat merangkul SMPN 1 Pasaman, untuk meminimalisir sampah (zero warte). Sebelumnya, SMAN 1 Pasaman merupakan sekolah Bridge School Partnership dukungan AustraliaIndonesia Bridge School. Inilah gerakan sekolah prolingkungan.

Kepala SMA N Pasaman Ahmad Hosen mengatakan kegiatan lintas sekolah itu merupakan serangkaian kegiatan SMAN 1 Pasaman sebagai sekolah Bridge School dengan dukungan Australian-Indonesia Bridge School partnership untuk merangkul lingkungan sekolah maupun masyarakat. Kolaborasi bertujuan untuk mengingatkan kembali tentang kepedulian pada lingkungan dan menyelamatkan bumi dengan aksi sederhana namun penuh makna.

Pengelolaan sampah atau limbah plastik disebut menjadi salah satu permasalahan besar di seluruh dunia. Karena sifatnya yang tidak dapat terurai, seringkali limbah plastik ini
mencemari berbagai macam hal dan mengancam setiap elemen yang berada dalam bumi tercinta. Meskipun produksinya semakin diminimalkan, limbah plastik masih tergolong mengancam untuk kelangsungan kehidupan.

Melihat permasalahan tersebut, ada sebuah solusi alternatif yang ditawarkan untuk mengelola limbah plastik dalam era modern sekarang. Solusi tersebut adalah dengan mengubahnya menjadi ecobrick.

Ecobrick adalah sebuah inovasi visioner yang dikembangkan sebagai solusi pengolahan limbah plastik. Diambil dari dua kata pembentuknya, eco dan brick, Ecobrick secara sederhana didefinisikan sebagai bata ramah lingkungan. Ecobrick sendiri diciptakan oleh Rusel Maier seorang seniman dari Kanada di Filipina. Sangat populer di dunia saat ini, Ecobrick juga sering dikenal dengan nama-nama seperti Bottle Brick atau Ecoladrillo. Karena dikembangkan dari material plastik atau sampah plastik, Ecobrick ini memiliki sifat dasar dari plastik tersebut yaitu kuat, anti air, dan awet.

“Para siswa sangat bersemangat dan antusias dengan acara ini. Ilmu ini baru bagi kami, dan kami takjub ternyata sampah bisa di sulap jadi sesuatu yang sangat bermanfaat dan
bisa di gunakan sebagi batu bata,” katanya.

Dengan selesainya acara sosialisasi, bukan berarti agenda kegiatan zero waste managemen di SMPN I Pasaman selesai. Para siswa langsung mempraktikkan kegiatannya di rumah, dan mereka merekam kegiatan pembuatan Ecobricknya di rumah masing, dan mengirim kan rangkaian kegiatan mereka di Instragram Ecobrick yang di buat oleh Bridge teacher.

“Guna memeriahkan acara ini, siswa di minta mengupload video mereka tentang pembuatan Ecobrick nya, dan di seleksi oleh para guru SMPN I Pasaman yang masuk di tim Ecobrick beserta 2 orang guru bridge SMAN I Pasaman. Video - video ecobrick siswa yang terbagus
dan terkreative akan mendapatkan rewards dari pihak tim Bridge,”kata Ahmad Hosen.

Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 minggu dengan mengikuti jadwal yang telah disepakati oleh SMPN I Pasaman dan SMAN I Pasaman. Semua rangkaian kegiatan didukung oleh kedua unsur pimpinan sekolah, Kepsek SMP N 1 Pasaman Hayatul Muna S.Pd Kepsek SMA N 1 Pasaman Ahmad Hosen.

Kepala SMP N 1 Hayatul Muna mendukung penuh tersebut. Karena dengan program ini, siswa tidak hanya mendapatkan ilmu tentang pengelolaan sampah yang baik. Namun lebih pada pengalaman nyata dalam pembelajaran langsung peduli terhadap lingkungan.

“Siswa juga mampu menggunakan kemampuan IT nya dengan hal yang positif melalui Instagram serta juga memiliki kemampuan dalam membuat Ecobrick. Mungkin ilmu ini nantinya akan sangat bermanfaat buat mereka dan dipergunakan lah hendaknya selalu pada masa yang akan datang,”ujar Hayatul Muna.(h/ows)